Sabtu, 21 Januari 2012

5 kenakalan pepe di lapangan hijau

Pepe - Real Madrid
Clasico kelima berlangsung di Santiago Bernabeu, dengan hasil akhir 2-1 memihak tim tuan rumah di laga pertama perempat-final Copa del Rey.

CARTOON OF THE DAY
KARTUN: Pepe 'Pukul Telak' Jose Mourinho
Pepe, sama seperti musim lalu lawan Barca, dipasang sebagai perusak permainan di lini tengah, dan bek Portugal itu benar-benar menghayati perannya dengan mengasari Sergio Busquets di awal pertandingan yang membuatnya diganjar kartu kuning, sebelum menginjak Lionel Messi yang luput dari pengamatan wasit.

Jika wasit melihat insiden tersebut, kartu merah pasti akan keluar bagi Pepe. Pelatih Real Madrid pun berusaha mengamankan pemainnya dengan menarik keluar Pepe menjelang akhir pertandingan.

Sebagian besar pemain Barcelona tak mau larut dalam insiden ini, tetapi Xavi menganggap ini memalukan, sementara pelatih Pep Guardiola dan Andres Iniesta membiarkan tayangan ulang dan foto-foto berbicara.


5. MENGINJAK TANGAN MESSI (JANUARI 2012)
Kontroversi ini terlalu hangat untuk dilewatkan. Setelah dua kali gagal merebut bola dari penyerang Argentina itu, Pepe akhirnya berhasil mendekati Messi setelah Jose Callejon melakukan pelanggaran. Pepe pun menggunakan kesempatan ini untuk bersinggungan dengan Messi yang terjatuh dan menginjak tangannya, tepat di depan mata wasit. Di pertandingan ini, Pepe juga berpura-pura kesakitan di mukanya, saat berebut bola dengan Cesc Fabregas.

4. MENYIKUT MUKA PENYERANG SEVILLA ALVARO NEGREDO (DESEMBER 2011)
Ini salah satu kenakalan Pepe yang kurang populer, tetapi tetap mencengangkan. Bek Portugal itu mengawal Negredo saat bertandang ke Sevilla, dan memutuskan untuk menyikut mukanya saat berebut bola di sudut lapangan. Namun, berbeda dengan Rabu kemarin, wasit melihat kejadian ini dan mengusir Pepe keluar dengan kartu merah. Madrid untungnya tetap menang 6-2.

3. MENYERANG PEMAIN LEVANTE XAVI TORRES (SEPTEMBER 2011)
Frustrasi berkecamuk dalam partai tandang Real Madrid ke Levante, saat klub ibukota Spanyol itu tertinggal dari tim asal Valencia. Pepe lagi-lagi menjadi pemain yang emosinya tak terkontrol, setelah mendorong Xavi Torres, menendangnya, dan kemudian menginjaknya juga. Wasit kembali gagal melihat insiden ini. Torres kaget, "Saya tak percaya apa yang terjadi saat itu."

2. KENAKALAN DI SERIAL CLASICO (APRIL 2011)
Banyak kejadian yang bisa diambil di tiga pertandingan lawan Barcelona di mana Pepe tampil menjelang akhir musim. Ada tekel keras atas Dani Alves, yang membuat Pepe dihukum kartu merah dan tak tampil di leg kedua semi-final, selain menendang wajah Messi, menampar Andres Iniesta, dan membuat gerakan tak pantas ke arah fans Barca setelah Madrid menjuarai Copa del Rey.

1. TENDANGAN TERHADAP PEMAIN GETAFE JAVIER CASQUERO (APRIL 2009)
Pepe sendiri sepertinya akan sulit mengulang tingkahnya atas Javier Casquero. Bek Madrid itu memberikan penalti bagi lawannya menjelang akhir partai liga di Bernabeu setelah mendorong Casquero dari belakang. Belum cukup, Pepe menunjukkan rasa frustrasinya dengan menendang bagian belakang kaki Casquero dan kemudian punggungnya, untuk kemudian dihukum sepuluh pertandingan. Pepe pun belum belajar dari kejadian brutal ini

Selasa, 17 Januari 2012

Tragedi Superga: Tewasnya Bakat Italia

TragediSuperga


SENJA itu, hujan turun di bagian utara Italia. Petir berkilat seiring derasnya hujan. Alam seperti tidak bersahabat lagi. Malang, sebuah pesawat dari Lisabon menuju Turin terlanjur mengudara.
Seperti belalang tersapu angin, pesawat nahas itu tak mampu mengendalikan diri. Krasss... Sayap pesawat menabrak Superga, bukit setinggi 670 meter di pinggiran Kota Turin. Pesawat pun meledak dan semua penumpang tewas mengenaskan.
Peristiwa yang terjadi pada pukul 17.04 waktu Italia, 4 Mei 1949 tersebut, merupakan lembar buram sejarah sepak bola Italia. Tak sekadar merenggut 31 jiwa. Lebih dari itu, kecelakaan itu juga memutus rantai sebuah generasi emas.
Bayangkan, 18 dari 31 penumpang yang tewas tersebut merupakan skuad inti Torino, tim tertangguh di Italia dan salah satu tim terkuat di Eropa. Pada saat itu, Torino adalah raja. Juventus atau Milan tak berkutik. Torino berhasil menobatkan diri sebagai juara sejati Italia dengan mengangkangi takhta Serie A dari 1943 sampai 1949 tanpa putus.
Yang lebih tragis, 70 persen kekuatan Timnas Italia juga ada di Torino. Klub berjulukan "El Toro" itu menyumbang 7 pemain untuk "Gli Azzurri". Salah satunya, Valentino Mazzola, kapten dari segala kapten, ayah dari legenda Inter Milan, Sandro Mazzola.
Valentino merupakan pemain paling karismatis di Italia. Pria yang telah mencetak 100 gol di Serie A sebelum umurnya menginjak 30 tahun ini dianggap seperti jenderal oleh teman-temannya. Nakhoda kapal "Gli Azzurri" ada di tangannya.
Hasilnya bisa ditebak. Pascakecelakaan tersebut, pamor Torino langsung padam. Takhta Serie A musim 1949-1950 pun dicuri kembali oleh Juventus. Yang lebih parah, Torino tak bisa lagi mempertahankan kebesarannya—saat itu Torino merupakan salah satu klub paling bergengsi di Italia. Akibat kehilangan kekuatan satu generasinya, Torino terduduk dan tak mampu bangkit lagi sampai saat ini.
Begitu juga nasib Timnas Italia. Setelah pada 2 Piala Dunia sebelumnya berhasil jadi juara, "Gli Azzurri" berubah jadi macan ompong. Hampir semua kekuatannya musnah seiring meledaknya pesawat di Bukit Superga. Hasilnya, pada Piala Dunia 1950, Italia hanya mampu meringis, tersingkir di babak penyisihan, dan Italia baru bisa bangkit lagi 33 tahun kemudian, saat menjuarai Piala Dunia 1982 di Italia.
Undangan maut
Petaka itu berawal dari undangan. Terbetik kabar, Kapten Benfica dan Timnas Portugal, Francisco Jose Ferreira, berniat gantung sepatu. Ferreira lalu mengundang sahabat dan pemain yang paling dihormatinya, Valentino Mazzola, untuk melakukan pertandingan persahabatan di Portugal.
“Aku ingin Torino menghadiri pertandingan terakhirku sebelum aku gantung sepatu. Kalian merupakan klub terkuat di Eropa. Aku yakin, dengan bertanding melawan kalian masyarakat akan berduyun-duyun datang ke stadion,” pinta Ferreira kepada Mazzola. Sang Kapten Torino pun menjawab, “Aku akan minta izin kepada Novo (Presiden Torino). Jika dia setuju maka aku akan datang ke pesta perpisahanmu,” jawab Mazzola.
Manajemen Torino tak keberatan. Asal, Mazzola dkk tetap harus tampil maksimal saat berlaga melawan Inter Milan yang digelar satu hari sebelumnya. Mazzola setuju. Pertandingan berakhir imbang 0-0, tetapi itu sudah cukup bagi Torino untuk memastikan diri keluar sebagai juara.
Pada Minggu, 3 Mei 1949, Mazzola dkk terbang ke Lisabon, Portugal, untuk berduel dengan Benfica. Ribuan orang menonton partai terakhir Ferreira tersebut. Pertandingan berjalan seru. Gol demi gol dilesakkan masing-masing tim. Benfica lebih beruntung. Jawara Liga Portugal itu menang tipis, 4-3.
Keesokan harinya, Tim Torino berangkat pulang ke Italia. Menumpang pesawat jurusan Barcelona-Turin yang transit di Benfica pada pukul 15.15, Mazzola dkk pulang dengan perasaan riang. Mereka benar-benar tidak tahu bahwa malaikat maut telah menunggu hanya dalam hitungan jam. Duh..
Satu jam pertama, pesawat terbang normal. Sayang, saat tiba di langit Italia, hujan turun dengan deras. Badai datang menghantam. Sekitar pukul 16.45, radio bandara Kota Turin mendapat berita dari pilot pesawat bahwa cuaca sangat buruk. Awan tebal menyelimuti Kota Turin. Di daerah Superga, mata pilot hanya bisa menjangkau pada radius 40 meter.
Pilot pesawat dan menara pemantau di bandara Turin saling memberi kabar. Malang tak dapat dihindari. Pada pukul 17.04, sinyal radio dari pesawat tiba-tiba terputus. Pihak bandara pun tak bisa menerka apa yang telah terjadi. Selang beberapa menit kemudian, pada pukul 17.12, kepolisian kawasan Superga memberi kabar bahwa ada kecelakaan tragis. Sebuah pesawat membentur Bukit Superga. Semua penumpangnya tewas mengenaskan.
Italia terperangah. Perih menusuk di semua dada orang Italia. Para legenda sepak bola mereka tewas mengenaskan. Ratusan polisi dan tenaga sukarelawan menyerbu ke lokasi. Mereka mencoba menolong seolah tak percaya bahwa para korban telah tewas. Konglomerat Giovanni Agnelli dan pelatih legendaris Vittorio Pozzo sampai ikut turun ke lapangan untuk membantu sekuat tenaga.
Semua sia-sia. Rantai emas sepak bola Turin dan Italia telah putus. Italia pun menangis. (Yoyok/Soccer)
Info Tragedi Superga
Jenis: Kecelakaan pesawat
Lokasi: Superga, Turin (Italia)
Tanggal: 4 Mei 1949
Korban: 31 orang tewas
Info pesawat
Jenis: FIAT G-212 CP
Perusahaan: Avio Linee Italiane
Daya tampung: 32 orang
Rute: Barcelona–Turin
Kronologi
Lisabon – Berangkat pukul 15.45. (4 Mei 1949)
Bukit Superga – Pulul 17.04. Hujan deras. Penglihatan pilot pesawat terganggu. Pilot coba melakukan pendaratan darurat. Sayang, sayap kiri pesawat menabrak bukit. Pesawat pun meledak.
Para Korban
Turin – Ribuan masyarakat Italia mengadakan upacara penghormatan untuk para korban. Berikut adalah para korban.
Pemain Torino
V Bacigalupo, G Gabetto, V Mazzola, To Ballarin, R Grava, R Menti, D Ballarin, C Grezar, P Operto, Bongiorni, Loik, F Ossola, And Castigliano, V Maroso, M Rigamonti, R Fadini, D Martelli, dan J Schubert.

Manajemen Torino
Civelleri, To Agnisetta, And Egrierbstein, L Lievesley, dan Or Cortina.
Wartawan
R Casalbore, L Cavallero, dan R Tosatti.
Kru pesawat
C Bianciardi, To Pangrazzi, C D' Inca, To Bonaiuti, Colonn, dan Meroni.

15 stadion terbesar di dunia

15 Stadion Terbesar di Dunia
Stadion terbesar adalah ikon olah raga yang paling populer, meskipun itu sepak bola ataupun yang lain inilah beberapa nama stadion dan fotonya yang terbesar di dunia, Indonesia juga mempunyai stadion yang besar dan juga masuk dalam 15 Stadion terbesar di dunia yaitu apa lagi kalau bukan GBK (Gelora Bung Karno) sayang meskipun stadion kebanggaan masyarakat Indonesia ini masuk di 15 Stadion terbesar di dunia, tapi prestasi Olah raganya masih kalah di banding dengan negara lain.
Inilah Stadion-Stadion Terbesar di dunia yang memiliki kapasitas penonton Lebih besar dari pada yang lainnya.
1RungradoMayDayStadium
1. Rungrado May Day Stadium
Terletak di Pyongyang, Korea Utara dan mampu menampung 150.000 penonton
.
2SaltLakeStadium
2. Salt Lake Stadium
Terletak di Calcutta, India dan mampu menampung 120,000 penonton
.
3EstadiAzteca
3. Estadio Azteca
Terletak di Mexico City, Mexico Mexico dan mampu menampung 114,465 penonton
.
4bukitjalil
4. Bukit Jalil National Stadium
Terletak di Kuala Lumpur, Malaysia dan mampu menampung 110,000 penonton
.
5JawaharlalNehruStadium
5. Jawaharlal Nehru Stadium
Terletak di New Delhi, India dan mampu menampung 100,000 penonton
.
6MelbourneCricketGround
6. Melbourne Cricket Ground
Terletak di Melbourne, Australia dan mampu menampung 100,000 penonton
.
7CampNou
7. Camp Nou
Stadion ini di miliki oleh klub sepak bola BARCELONA, stadion ini terletak Barcelona, Spain yang mampu menampung 98,772 penonton
.
8EstdidoMaracan
8. Est dio do Maracan
Terletak di Rio de Janeiro, Brazil mampu menampung 95,000 penonton
.
9WembleyStadium
9. Wembley Stadium
Stadion ini adalah stadion kebanggaan warga Inggris terletak di London, England mampu menampung 90,000 penonton
.
10AzadiStadium
10. Azadi Stadium
Terletak di Teheran, Iran stadion ini mampu menampung 90,000 penonton
.
11GeloraBungKarno
11. Gelora Bung Karno Stadium
Stadion terbesar di Indonesia ini yang terletak di Jakarta, Indonesia mampu menampung 88,000 penonton
.
12LuzhnikiStadium
12. Luzhniki Stadium
Stadion ini terletak di Moscow, Russia mampu menampung 84,745 penonton
.
13TelstraStadium
13. Telstra Stadium
Stadion ini terletak Sydney, Australia mampu menampung 83,500 penonton
.
14Olimpiyskiy
14. Olimpiyskiy
Stadion ini terletak di Kyiv. Ukraine mampu menampung 83,450 penonton
.
15StadioGiuseppeMeazza
15. Stadio Giuseppe Meazza
Stadion ini adalah stadion dari 2 klub besar di Italia yaitu Inter Milan dan AC Milan, tapi Untuk Stadion AC Milan Stadion ini bernama SAN SIRO, stadion ini terletak di Milan, Italia mampu menampung 82,955 penonton

messi

messi1
KISAH HIDUP LIONEL MESSI
Ditolak Karena Bertubuh Kecil, Kelainan Hormon Hingga Menjadi Pemain Terbaik Dunia
Lionel Messi (23) memang hanya mencetak satu gol pada final Liga Champions melawan Manchester United (MU). Namun, gol itu membuat timnya kembali unggul dan dengan begitu kembali menekan MU sampai akhirnya Barca menang 3-1.
Dengan gol semata wayang itu, Messi menjadi man of the match dan pencetak gol terbanyak Liga Champions dengan 12 gol. Ini adalah kali ketiga baginya untuk menjadi top scorer Liga Champions dalam tiga musim terakhir.
Orang kini melihat Messi berdiri di puncak, dielu-elukan para legenda sebagai yang terbaik. Namun, takhta tak membuat Messi melupakan tempat ia datang.
Lionel Messi
Messi lahir dan besar di Rosario, 300 kilometer sebelah barat laut dari Buenos Aires. Ia lahir dengan kelainan hormon yang membuat tubuhnya tak bisa tumbuh seperti anak-anak seusianya. Kondisi fisik itu membuatnya terbuang dari sepak bola.
Menurut The Mirror, pada hari pertama sekolah dasarnya, Messi dilarang ikut bermain sepak bola oleh pelatih karena badannya terlalu kecil. Padahal, anak yang ditolak ini akan menyabet gelar pemain terbaik dunia, bukan sekali, melainkan dua kali, dan mungkin akan bertambah lagi.
"Pada masa kecilku, aku mengalami masa-masa sulit karena masalah hormon," kata Messi, yang oleh kakaknya, Rodrigo, dijuluki "kutu".
Pada 1995, dalam usia delapan tahun, Messi diminati River Plate. Namun, River Plate tak jadi merekrut Messi karena keberatan membayar biaya pengobatan bulanan Messi yang mencapai 500 poundsterling atau sekitar Rp 7 juta.
Messi tampak semakin mustahil menjelajahi lebih luas dunia sepak bola, ketika tim medis klub itu mengatakan kepada keluarganya bahwa Messi hanya bisa tumbuh setinggi tak lebih dari 140 sentimeter.
Karena kondisi ekonomi, ayah dan ibu Messi menyerah. Jangankan membiayai perawatan Messi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Messi dan tiga saudaranya saja, Jorge dan Celia, mereka kesulitan.
Keadaan Messi dan keluarganya tak tampak akan membaik. Sampai saat Messi berusia 12 tahun, sanak keluarganya yang tinggal di Catalonia mendaftarkan Messi untuk mengikuti uji coba di Barcelona.
Direktur Barcelona saat itu, Carlos Rexach, terbang melintasi benua dan tidak menyesal. "Saya memanggilnya dan, sebagai ungkapan simbolis (ikatan kontrak), saya memintanya membubuhkan tanda tangan di atas sebuah kertas," kenang Rexach.
Di awal musim 2004/05, Frank Rijkaard yang menangani Barca saat itu harus menghadapi cedera sejumlah pemainnya untuk menghadapi derby Catalan kontra Espanyol.

Hal itu memaksanya memanggil sejumlah pemain Barca B, yang salah satunya adalah pemuda bernama Lionel Messi. Di usia 17 tahun dan 114 hari si pemain Argentina dimainkan sebagai pemain pengganti untuk melawan Espanyol pada 16 Oktober 2004.

Dalam debutnya di liga, performa Messi sudah terlihat sangat menjanjikan. Di usia 17 tahun, 10 bulan, dan 7 hari, Messi juga menjebol gawang Albacete Balompie pada 1 Mei 2005, membuatnya menjadi pemain termuda Barca yang bikin gol di liga.

Nama Messi kemudian kian menjulang saat Pep Guardiola datang menangani Los Cules. Messi dijadikan pusat tim, membuatnya jadi semakin bebas berkreasi dan beraksi di lapangan.

Penampilan demi penampilan lantas ia catatkan, membuat jumlahnya saat ini sudah mencapai angka 299. Artinya partai leg I perempatfinal Copa del Rey di markas Madrid, Kamis (19/1/2012) dinihari WIB, bisa menjadi penampilan ke-300 Messi untuk Barca.

Jika nanti memang dimainkan Guardiola, pemain yang kini berusia 24 tahun itu juga berpeluang menambah torehan golnya di dalam El Clasico, yang mana kini sudah berjumlah 13 gol--8 di liga, 3 di Piala Super Spanyol, dan 2 di kancah Eropa.

 
Setelah Barcelona setuju menjamin semua biaya perawatannya, Messi berangkat ke Spanyol dengan ayahnya dan masuk tim U-14 Barcelona pada tahun 2000. Pada pertandingan pertamanya, Messi mencetak lima gol.
Sekarang, Messi sudah setinggi sekitar 170 sentimeter dan telah mengoleksi lima gelar La Liga, tiga trofi Liga Champions, medali emas olimpiade, dan menurut Forbes memiliki kekayaan senilai 20 juta poundsterling atau sekitar Rp 282 miliar. Namun, menurutnya, ia akan tetap hidup seperti biasa, menikmati sarapan berupa danish pastry dan segelas kopi, misalnya.
"Aku suka hidup sederhana. Aku manusia pada umumnya. Aku mengendarai mobil yang disediakan klub," kata Messi, yang kini memiliki yayasan amal untuk kesehatan dan pendidikan anak-anak bernama "The Leo Messi Foundation".
"Aku tidak membaca buku. Hal istimewa bagiku adalah mencetak gol. Aku suka merayakannya bersama teman-teman dan rekan tim. Aku menyukai kegiatan amalku dengan yayasan yang membantu anak-anak di seluruh dunia."
Di halaman biografinya di jejaring sosial Facebook, ia mengatakan, "Berapa pun jumlah gelar, trofi, dan penghargaan, aku akan selalu menjadi anak-anak yang tumbuh di Rosario, Santa Fe, Argentina."
"Aku belajar berjalan di sana sehingga bisa mengejar impianku. Pernah ada yang mengatakan kepadaku, aku tak akan pernah menjadi pesepak bola."
"Menjadi lebih kecil dari yang lain membuatku berusaha menjadi lebih cepat. Pencemooh, pengkritik, dan penentang membuatku lebih memiliki tekad dari sebelumnya. Dengan dukungan keluarga, aku pindah ke Spanyol dengan kesempatan bermain untuk Barca. Ini adalah kesempatan menjadi pemain yang selalu kuimpikan dan bisa aku alami," tuturnya

5 Fakta Unik Masa Kecil Messi
Selain membawa Barcelona menjuarai Liga Champion untuk keempat kalinya, Messi juga mencatatkan diri sebagai top skorer Liga Champion tiga tahun berturut-turut. Messi memang identik dengan rekor dalam sepakbola. Saat ini ia dianggap sebagai salah satu pesepakbola terbaik yang pernah ada dalam sejarah. Berikut 5 fakta unik masa kecil messi:
1. Ibu Messi, Celia mengatakan bahwa Messi tidak tertarik dengan sepakbola saat Messi diminta untuk bergabung dengan klub lokal Grandoli.
1MessidanCelia
Messi dan Celia
.
2. Messi anak yang pintar. Saat belajar di General Las Heras, guru-guru Messi mengatakan bahwa pemain bernomor punggung 10 tersebut sangat menyukai matematika. Ia juga tidak bermasalah dengan mata pelajaran lain. Saat berumur 11 tahun, Messi mendapatkan nilai 10 untuk pelajaran Matematika, bahasa Spanyol dan IPA.
2Messidanteman
Messi dan teman-teman sekolahnya
.
3. Saat pertama kali bergabung dengan Newell’s Old Boy, Messi ditempatkan sebagai sweeper oleh pelatih Gabriel Digerolamo.
3MessiKecil
Messi saat di Newell’s Old Boy
.
4. Messi dikenal sebagai pemain yang sangat rendah hati, tidak pernah mengeluh dan tak pernah berkelahi. Ia juga pernah ditempatkan sebagai gelandang bertahan oleh pelatih Ernesto Vecchio (Newell’s Old Boy).
4Ernesto
Ernesto Vecchio, pelatih yang melihat potensi Messi sebagai penyerang meskipun sebelumnya ia menempatkan Messi sebagai gelandang bertahan.
.
5. Messi mulai melakukan terapi hormon sejak Januari 1998, Ia membutuhkan injeksi setiap hari. Awalnya hal itu dilakukan oleh ibunya, namun lama kelamaan Messi yang melakukan sendiri. Hasilnya setiap 3 bulan, Messi membutuhkan celana dan sepatu baru.
5messidanteman2
Messi bersama rekan-rekan satu timn

Senin, 16 Januari 2012

Kiper-kiper terbaik di Piala Dunia..!!


Dalam pertandingan sepakbola, setiap lini dalam tim memiliki peran penting. Namun ada satu posisi yang paling krusial. Satu tim dipastikan mengalami kekalahan bila bertanding tanpa didampingi kiper.
Selain striker atau bomber paling berbahaya, setiap kali Piala Dunia digelar juga diumukan penjaga gawang terbaik. Pilihan terbaik merupakan penilaian yang dilakukan oleh Tim Studi Teknis Badan Sepakbola Dunia (FIFA).
Setiap kiper terbaik berhak menggenggam penghargaan Yashin. Nama Yashin sendiri merupakan kiper legendari asal Rusia Lev Yashin yang mengantongi berbagai gelar bergengsi.
Mantan kiper Timnas Inggris Gordon Banks dan Italia Dino Zoff pernah dianugerahkan gelar tersebut.
Bagaimana dengan Piala Dunia 2010 ini? Siapakan kiper yang bakal menunjukkan talenta terbaiknya sepakan turnamen?
Berikut kiper terbaik Piala Dunia:
Piala Dunia 1930 di Uruguay
Enrique Ballesteros (Uruguay)

prestasi=membawa uruguay juara piala dunia yang pertama 1930
Piala Dunia 1934 di Italia
Ricardo Zamora (Spanyol)

Ricard Zamora Martínez (Ricardo Zamora) (21 Januari 1901 – 15 September 1978) merupakan seorang pemain dan pelatih sepak bola berkebangsaan Spanyol. Dia bermain untuk klub Espanyol, FC Barcelona, Espanyol, Real Madrid, dan OGC Nice.
Klub yang pernah ia latih adalah OGC Nice, Atlético Aviación, Celta de Vigo, CD Málaga, Spanyol, dan RCD Español
Piala Dunia 1938 di Prancis
Frantisek Planicka (Rep Ceska)
http://i48.tinypic.com/2lazseq.jpg
Piala Dunia 1950 di Brasil
Roque Maspoli (Uruguay)

Roque Gastón Máspoli (12 Oktober 1917 di Montevideo – February 22, 2004 di Montevideo) adalah seorang Uruguay football player dan pelatih.Dia adalah penjaga gawang untuk tim nasional Uruguay yang memenangkan Piala Dunia 1950
Piala Dunia 1954 di Swiss
Gyula Grosics (Hungaria)

Gyula Grosics (Hungaria pengucapan: [?ul? ?ro?it?]; lahir 4 Februari 1926 di Dorog) adalah Hungaria mantan sepak bola penjaga gawang yang bermain 86 kali untuk Hungaria Tim nasional sepak bola dan merupakan bagian yang legendaris Tim Emas dari tahun 1950-an.Dia dijuluki Black Panther (Hungaria: Fekete Párduc)
Dia adalah seorang peserta di tiga Piala Dunia berturut-turut, Piala Dunia FIFA 1954, Piala Dunia FIFA 1958 dan Piala Dunia FIFA 1962. Dalam karir klub, ia bermain untuk klub Hungaria MATEOSZ, Budapest Honvéd FC dan Tatabányai Bányász, di mana ia pensiun pada tahun 1962
Piala Dunia 1958 di Swedia
Harry Gregg (Irlandia Utara)


Harry Gregg, MBE (lahir 25 Oktober 1932)
Dia kadang-kadang disebut “The Hero of Munich ‘karena dia menarik beberapa dari teman-teman timnya dari pesawat yang terbakar selama bencana udara Munich termasuk Bobby Charlton, Jackie Blanchflower dan Dennis Viollet
Piala Dunia 1962 di Chili
Viliam Schrojf (Rep Ceska)


Dia adalah seorang peserta di tiga Piala Dunia berturut-turut Piala Dunia FIFA 1954, Piala Dunia FIFA 1958 dan pada Piala Dunia FIFA 1962, di mana Cekoslowakia mengejutkan dunia dan pergi melalui ke final, kalah dari juara Brasil. Keberhasilan Cekoslowakia sebagian besar disebabkan oleh kinerja Schrojf yang luar biasa.. Namun akhir terbukti menjadi hari hitam untuk Schrojf, dengan dua gol Brasil dihasilkan dari kesalahannya. Dengan negaranya memimpin 1-0, Setengah jalan melalui babak kedua, dengan 1-2 , matahari masuk ke matanya dan gagal untuk menangkap bola yang sederhana dengan benar, yang mendarat langsung di kaki VAVA, yang mengambil kesempatan untuk menjadi pemain pertama kalinya mencetak gol dalam dua final Piala Dunia yang berbeda
Piala Dunia 1966 di Inggris
Gordon Banks (Inggris)


Gordon Banks (lahir pada 30 Desember 1937 di Sheffield) merupakan mantan pemain sepak bola berkebangsaan Inggris. Dia pernah bermain untuk tim Chesterfield F.C., Leicester City F.C., Stoke City F.C., dan Fort Lauderdale Strikers. Di timnas Inggris, dia bermain 73 kali. Berposisi sebagai kiper. Dia pernah membela timnas Inggris pada Piala Dunia FIFA 1966 dan Piala Dunia FIFA 1970. Dia berhasil membawa timnya meraih juara Piala Dunia FIFA 1966
Piala Dunia 1970 di Meksiko
Ladislao Mazurkiewicz (Uruguay)


Ladislao Mazurkiewicz (lahir 14 Februari 1945 umur 63, di Piriápolis) adalah sebuah Uruguay mantan sepak bola penjaga gawang dari tahun 1960-an dan 1970-an. . Dia membantu tim nasional Uruguay untuk lolos ke semifinal dari Piala Dunia 1970, di mana charrúas dihentikan oleh akhirnya juara, Brasil.Ia terpilih sebagai penjaga gawang terbaik dari turnamen.
Ia mungkin paling terkenal sebagai penjaga yang jatuh untuk Pelé ‘s sensasional trik di Final Piala Dunia 1970 ketika ia membiarkan bola melewati menjalankan satu Mazurkiewicz dan ia berlari yang lain, sebelum hampir mencetak dengan tembakan saat ia menoleh ke belakang ke arah tujuan.
Lev Yashin, penjaga gawang dianggap terbaik sepanjang masa mengatakan Ladislao adalah penggantinya.. Mazurkewicz menghabiskan hari-harinya sebagai seorang pelatih bagi penjaga gawang untuk Peñarol. . Dia adalah keturunan Polandia sepanjang salah seorang kerabat. Beberapa orang dan penggemar menganggapnya sebagai penjaga gawang Uruguay yang terbaik dan salah satu yang terbaik datang dari Amerika. Dengan Penarol ia memenangkan 5 kejuaraan nasional serta Copa Libertadores kemudian pada tahun 1966 Copa Intercontinental bermain melawan Real Madrid menang dengan agregasi 4-0.Selama karir internasional 1965-1974, Mazurkiewicz mendapatkan total dari 44 penampilan bersama tim nasional Uruguay
Piala Dunia 1974 di Jerman Barat
Jan Tomaszewski (Polandia)
http://i48.tinypic.com/34nhcpl.jpg
Piala Dunia 1978 di Argentina
Ubaldo Fillol (Argentina)
http://i49.tinypic.com/wi94q8.jpg
Piala Dunia 1982 di Spanyol
Dino Zoff (Italia)

Dino Zoff (lahir 28 Februari 1942) adalah penjaga gawang Tim nasional sepak bola Italia dan pemain tertua yang pernah menjuarai Piala Dunia FIFA, ketika ia menjadi kapten Italia pada Piala Dunia FIFA 1982 di Spanyol, saat berumur 40 tahun.
Ia mempertahankan rekor terlama tanpa kebobolan dalam turnamen internasional (1142 menit) antara 1972 dan 1974. Dengan 112 penampilan ia adalah yang ketiga terbanyak setelah Paolo Maldini dan Fabio Cannavaro
Piala Dunia 1986 di Meksiko
Harald Schumacher (Jerman)

Harald Anton Schumacher (lahir 6 Maret 1954) merupakan mantan pemain sepak bola berkebangsaan Jerman. Dia pernah bermain untuk klub utamanya seperti 1. FC Köln, FC Schalke 04, Fenerbahçe SK, FC Bayern München, dan Borussia Dortmund
Piala Dunia 1990 di Italia
Sergio Goycoechea (Argentina)

Goycochea adalah pengganti Nery Pumpido baik di River Plate dan di tim nasional Argentina, dan mendapatkan terobosan besar dalam Piala Dunia 1990, ketika Pumpido terluka melawan Uni Soviet.Goycochea kemudian menjadi penjaga gawang utama,Dalam tendangan penalti dalam pertandingan babak perempat final melawan tim Yugoslavia, Dalam pertandingan semifinal melawan Italia, ia menyelamatkan tendangan penalti di tendangan penalti dari pemain Roberto Donadoni dan Aldo Serena. Ia memenangkan permainan-tendangan penalti di final Piala Dunia 1990 melawan Jerman, yang kalah 0-1 argentina. Dia terpilih sebagai penjaga gawang di Piala’s All-Star Team
Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat
Michel Preud’homme (Belgia)


Michel Preud’homme (lahir 24 Januari 1959) merupakan mantan pemain sepak bola dan pelatih berkebangsaan Belgia yang kini melatih untuk klub K.A.A. Gent. Dia bermain untuk klub Standard Liège, KV Mechelen, dan Benfica
Piala Dunia 1998 di Prancis
Fabien Barthez (Prancis)
http://i48.tinypic.com/23ux91x.jpg
Piala Dunia 2002 di Korea/Japan
Oliver Kahn (Jerman)
http://i48.tinypic.com/1z3cens.jpg
Piala Dunia 2006 di Jerman
Gianluigi Buffon (Italia)